Kami Wakil Babel

Written By Unknown on Minggu, 19 Januari 2014 | 11.37

PANGKALPINANG, BANGKA POS - Perlakuan diskriminatif terhadap warga Tionghoa telah berakhir pada era kepemimpinan Presiden KH Abdurrahman Wachid atau biasa disapa Gus Dur. Era Reformasi kala itu membuka pintu selebar-selebarnya bagi warga Tionghoa untuk berekspresi sebagaimana warga negara Indonesia lainnya di berbagai bidang.

Kini panggung politik pun ramai dengan politisi-politisi Tionghoa. Mencuatnya nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Beltim, Senayan hingga kini menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta menjadi bukti bahwa warga Tionghoa yang minoritas itu sebenarnya juga memiliki potensi besar menjadi wakil dan pelayan masyarakat.

Munculnya Ahok menjadi fenomena sendiri. Ia memulai karir sebagai anggota DPRD di Belitung Timur, kemudian dipercaya memimpin Belitung Timur sebagai bupati. Putra Almarhum Indra Tjahaja Purnama ini pernah menjajal sebagai calon Gubernur Bangka Belitung, namun gagal.

Gagal tak mematikan karirnya, Ahok terpilih sebagai anggota DPR RI melalui Partai Golkar. Ambisinya berlanjut ketika dia mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, berpasangan dengan Jokowi dan menanggalkan baju kuning beringin bergabung dengan Partai Gerindra.

Ahok menjadi bagian kisah warga Tionghoa Babel yang sukses dalam karir politiknya. Lantas seperti apa perkembangan politisi Tionghoa Babel di Pemilu 2014, mengapa mereka tertarik di  dunia politik?

Sebenarnya politisi Tionghoa asal Babel bukan hanya Ahok. Masih ada sederat nama lain yang kiprahnya juga mentereng di kancah perpolitikan nasional. Sebut saja Rudianto Tjen di DPR RI, sementara dua lainnya, Bahar Buasan dan Tellie Gozelie kini duduk di DPD RI.
Ketiganya dipastikan akan kembali turun gelanggang di Pemilu bulan April 2014 nanti dengan pilihan langkah politik yang masih sama.

Di tahun 2014, Bangka Pos mencatat, dari Daftar Calon Tetap (DCT) Legislatif  yang dirilis KPU RI, ada tiga politisi Tionghoa asal Babel yang berkompetisi di DPR RI. Ketiganya adalah Rudianto Tjen dari PDI Perjuangan , Eko Wijaya dari Partai Demokrat, dan Hermanto dari Hanura. Sedangkan Tellie Gozelie, Bahar Buasan dan Agung Setiawan bersaing bersama calon asal Babel lainnya untuk duduk di kursi DPD RI.

Rudianto Tjen yang sudah dua periode duduk di Senayan sebagai anggota DPR RI, kembali mencalonkan diri. Politisi senior di PDI Perjuangan ini, berada di nomor urut 1.
"Saya merasa kita harus mengambil peran untuk mengurusi negara ini, menyampaikan aspirasi masyarakat. Itu alasan saya kembali mencalonkan diri," kata Rudianto Tjen, Sabtu (18/1).

Rudianto Tjen menegaskan, dirinya bukanlah wakil masyarakat Tionghoa. "Ketika saya menjadi anggota DPR RI, saya bukan mewakili warga Tionghoa, tetapi mewakil Babel," ujarnya.

Sosok yang pernah gagal mencalonkan diri menjadi Bupati Bangka ini cukup berpengalaman. Sejak tahun 90-an, dia sudah terjun ke politik praktis.

Menurut dia, saat ini perkembangan politisi Tionghoa cukup baik. "Dulu orang Tionghoa begitu dikebiri hak-hak politiknya pada zaman Soeharto. Sekarang ini sejak reformasi mungkin menjadi momentum," kata Rudianto.

Saat ini perkembangan politik warga Tionghoa di Babel semakin menguat. Apalagi sikap toleransi terhadap pluarisme terjaga dengan baik di daerah ini.

"Pada dasarnya, setiap warga negara memiliki hak yang sama dalam hal politik tanpa mengenal suku dan agama," kata Ketua DPD Partai Demokrat Bangka Belitung, Eko Wijaya, terpisah.

Eko Wijaya menjadi satu caleg yang patut diperhitungkan oleh seluruh caleg DPR RI Dapil Babel, termasuk Rudianto Tjen. Anak muda yang sebelumnya banyak diragukan ternyata menjelma menjadi politisi handal di Demokrat.

Sejak kehadirannya, putra pengusaha Aliong Elvis ini berhasil menegakkan Partai Demokrat pada treknya paska era Zulkarnain Karim.

Eko Wijaya mampu mengendalikan mesin partai berlambang bintang mercy dengan baik. Sejumlah terobosan dalam rangka rekonsiliasi di tubuh Partai Demokrat di Babel berhasil dilakukannya.

"Saya membangun Partai Demokrat layaknya rumah sendiri. Kepengurusan hingga daerah saya perkuat," katanya.

Eko Wijaya tidak punya target muluk. "Saya ingin memberikan bukti kalau anak muda dapat menjadi orang yang berguna," ujar sosok yang baru berusia 33 tahun ini.

Menurut dia, pilihan menjadi calon legislatif untuk lebih memperjuangkan Babel.

"Saya tidak mencari pekerjaan sebagai politisi. Pendapatan saya akan saya berikan kepada seluruh warga. Target saya ingin bagaimana Bangka Belitung dapat diperjuangkan lebih maksimal," tandasnya.

Eko Wijaya menilai banyak persoalan Babel yang butuh penyelesaian oleh pemerintah pusat. Jika masyarakat asal memilih wakil rakyat akan berdampak pada pembangunan.
"Masyarakat sebenarnya bisa menilai dan mengevaluasi yang sudah ada saat ini," katanya.
 
Usung perubahan

Selain Eko Wijaya, muka baru yang juga muncul dalam daftar caleg Tionghoa Babel untuk DPR RI kali ini adalah Hermanto atau lebih dikenal dengan nama Aliong. Dalam dua tahun terakhir ini, Aliong terus mencari jati diri politiknya.

Paska gagal dicalonkan menjadi Wali Kota Pangkalpinang, Aliong memilih DPR RI menjadi tambatan berikutnya. Sejumlah manuver ia lakukan, termasuk mengambil posisi sebagai ketua pada organisasi kemasyarakatan bernama Persatuan Indonesia (Perindo).

"Saya ingin mewujudkan perubahan, Bangka Belitung yang lebih mandiri. Menurut saya, sampai saat ini kita belum merdeka," kata Aliong.

"Permasalahan bangsa ini karena kita dikendalikan asing. Saya ingin merubah itu. Untuk merubah itu harus bisa masuk mengambil peran," ujar Aliong.

Harapan yang sama diungkapkan calon anggota DPD RI, Agung Setiawan atau akrab disapa Acung. Ia ingin mengambil peran di DPD RI untuk memperbesar pengaruhnya bagi daerah.

"Kita ingin merubah, kita harus memperjuangkan itu hingga ke pusat. Banyak hal yang bisa kita perjuangkan," ujar anggota DPRD Bangka ini.

Beragamnya alasan, menjadi tujuan para politisi Tionghoa maju ke pentas politik. Tapi, apakah para politisi Tionghoa ini masih dipercaya atau tidak menjadi wakil rakyat?
Tokoh warga Tionghoa Pangkalpinang, Halim Susanto mengingatkan para politisi Tionghoa untuk bekerja dengan baik.

"Jika sudah dipercaya rakyat, harapan kita adalah mereka dapat bekerja dengan baik, memihak rakyat dan menjaga nama baik warga Tionghoa," kata Halim Susanto.
Ia menegaskan, apa yang dilakukan oleh politisi Tionghoa, baik atau buruk, juga akan sangat berpengaruh terhadap kerukunan umat. Karena menurut Halim Susanto, pada dasarnya masyarakat Bangka Belitung selama ini hidup dalam keberagaman. (tea)


Anda sedang membaca artikel tentang

Kami Wakil Babel

Dengan url

http://bangkabarita.blogspot.com/2014/01/kami-wakil-babel.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Kami Wakil Babel

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Kami Wakil Babel

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger