BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Mimpi masyarakat di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyaksikan putra daerah membela tim nasional Indonesia akhirnya terwujud.
Yabes Roni Malaifani tampil pertama kali membela Timnas Indonesia U-19 di pertandingan babak kualifikasi Grup G Piala Asia U-19.
Pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri, menurunkan pemain 18 tahun itu di pertandingan melawan Filipina U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis (10/10). Yabes masuk menggantikan Dinan Yahdian pada pertengahan babak kedua, dia membuktikan kelasnya sebagai pemain berpotensi.
Pada menit ke-82, Yabes mencetak gol setelah melakukan kerjasama apik dengan Paulo Sitanggang. Gol itu menggandakan kedudukan Indonesia U-19 menjadi 2-0 dari Filipina U-19.
Kemenangan pun diraih skuat Garuda Jaya, sekaligus membuka peluang Timnas Indonesia U-19 lolos ke putaran final Piala Asia U-19 di Myanmar pada 2014. Perjalanan panjang harus ditempuh oleh Yabes demi mewujudkan mimpi membela Timnas Indonesia. Dia lahir di Moro, Pulau
Alor, pada 6 Februari 1995. Ketika duduk di kelas 2 SD, ayahnya meninggal dunia. Praktis, Yabes kecil tinggal bersama seorang ibu dan adiknya.
Dia sempat tidak diperbolehkan bermain bola dikarenakan mengurus adiknya yang berjarak umur 4 tahun dengan dirinya. Sementara ibunya menghidupi keluarga dengan menjadi buruh tani.
"Ayah meninggal sewaktu saya kelas 2 SD. Saya sempat tidak boleh main bola, karena diminta ibu menjaga adik. Kami cuma dua bersaudara. Adik saya namanya Erit, dia kini duduk di kelas 2 SMP," tutur Yabes kepada Tribun di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (11/10).
Setelah memberi keyakinan kepada ibu, dia akhirnya diperbolehkan bermain bola. Yabes rela meninggalkan pelajaran di sekolah, demi belajar sepak bola.
Perjalanan jauh ditempuhnya untuk dapat mengolah si kulit bundar. Diperlukan waktu sekitar 2 jam dari tempat tinggalnya di Moro menuju ke ibukota Pulau Alor di Kalabahi.
Pulau Alor memang tidak seperti daerah lainnya di Indonesia. Penduduk di pulau seluas 2.119 km hidup dalam keterbatasan. Yabes bercerita, selama bermain bola di kampung halaman, dia tidak berlatih di tempat sepakbola yang mempunyai fasilitas memadai.
"Di sana tidak ada Sekolah Sepak Bola (SSB). Latihan di klub yang terletak di ibukota Pulau Alor. Peralatan di sana terbatas, beda sama tempat latihan di sini. Kalau mau latihan sepak bola agak susah, tempat tinggal saya jauh dari ibukota. Harus dua kali naik kendaraan umum. Diperlukan waktu selama 1 jam. Kadang kalau mau main bola, saya harus bolos sekolah," katanya.
Takdir Tuhan mempertemukan Yabes dengan pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri. Pelatih 50 tahun asal Sumatera Barat itu berkesempatan melakukan pencarian pemain di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur pada bulan Juni 2013.
Selama empat hari Indra Sjafri ditemani Rudi Eka Priambodo, salah satu anggota tim High Performance Unite (HPU) menggelar sesi coaching course dan seleksi pemain.
Yabes berkeinginan mengikuti seleksi itu. Namun, kejadian kecelakaan pesawat MA 60 hingga terbelah dua di Bandara El Tari Kupang, NTT pada 10 Juni 2013 lalu menunda keinginannya.
Ketika itu, pesawat dari daerah Pulau Alor dan daerah lainnya tidak diperkenankan mendarat di bandara. Alhasil, Yabes pun terancam tidak dapat mengikuti seleksi.
Namun, nasib berkata lain. Pelatih Indra Sjafri menunggu kedatangan pemuda asal Alor itu di Kupang. Yabes pun mengikuti seleksi. Secara keseluruhan selama menggelar seleksi di Kupang, NTT, Indra Sjafri mendapatkan 5 orang. 4 orang asal Pulau Alor dan 1 orang asal Kupang. Mereka pun berhak mengikuti seleksi lanjutan di Yogyakarta.
"Ketika itu saya sempat khawatir tidak dapat mengikuti seleksi, namun pelatih Indra Sjafri memberikan kebijakan kepada saya untuk dapat ikut seleksi. Dia tidak jadi pulang ke Jakarta, tiket penerbangannya dipindah ke hari lain. Kami kemudian mengikuti TC di Yogyakarta, dari kelima teman saya, hanya saya yang bertahan sampai saat ini," tuturnya.
Timnas Indonesia U-19 menjalani pemusatan latihan nasional di Yogyakarta pada 23 Juni 2013. Pesepakbola terbaik dari seluruh penjuru tanah air berlatih di bawah arahan Indra Sjafri. Pemusatan latihan dimaksudkan sebagai persiapan berlaga di Piala AFF U-19 dan babak kualifikasi Piala Asia U-19.
Yabes harus beradaptasi dengan lingkungan baru berbeda seperti di Pulau Alor. Untuk pertama kalinya dia pergi merantau ke luar kota. Tempaan hidup yang berat sejak lahir membuat dia mampu bertahan.
Melalui sepak bola dia ingin mengubah kehidupan keluarga. Di waktu senggang, dia menghubungi ibu dan adiknya untuk menanyakan kabar.
"Saya sering kangen sama rumah, kalau lagi kangen telepon orang tua. Uang saku timnas yang saya dapatkan, saya kirim ke orangtua. Uang itu untuk biaya sekolah adik dan saya yang masih duduk di kelas 3 SMA," ujarnya.
Pelatih Indra Sjafri tidak menyertakan Yabes mengikuti Piala AFF U-19 di Jawa Timur pada September 2013. Namun, itu tidak menjadi masalah baginya. Dia terus berlatih meningkatkan kemampuan permainan.
Akhirnya, kesempatan itu datang di babak kualifikasi Grup G Piala Asia. Yabes memang tidak bermain di pertandingan perdana melawan Laos, dia baru dimainkan saat Indonesia bertemu Filipina.
"Ini pertama kali pemain asal Pulau Alor bermain di timnas. Di pertandingan pertama, saya mencetak gol lagi. Ke depan saya berjanji untuk bermain lebih baik," ucapnya.
Yabes berharap, melalui keberadaan dia di Timnas Indonesia U-19, masyarakat tidak lagi memandang sebelah mata orang dari Pulau Alor.
Kemudian kepada pemerintah, dia meminta supaya memberikan perhatian lebih kepada pesepakbola di daerah yang mempunyai potensi wisata bahari. "Potensi sepakbola dapat dilihat di Pulau Alor, sayang tidak ada perhatian," tandasnya prihatin.
Anda sedang membaca artikel tentang
Takdir Pertemukan Yabes dan Pelatih Timnas
Dengan url
http://bangkabarita.blogspot.com/2013/10/takdir-pertemukan-yabes-dan-pelatih.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Takdir Pertemukan Yabes dan Pelatih Timnas
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Takdir Pertemukan Yabes dan Pelatih Timnas
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar